Bertolak dari uraian tersebut, maka dalam menghadapi tantangan era digital, pers harus menyikapinya dengan melakukan adaptasi. Untuk memilih penyesuaian yang dapat dilakukan, pers dapat mengawalinya dengan melakukan evaluasi, mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang tersedia. Sebagai contoh, kekuatan pers ada pada kemampuannya untuk menyajikan data secara lengkap dan detail, publik baca saat ini semakin terkonsentrasi ke perkotaan dengan segmen menengah ke atas, dikonsumsi oleh publik dalam waktu khusus. Di sisi lain, media digital yang menjadi tantangan, identik dengan berita-berita pendek yang dikonsumsi sepintas lalu disela-sela kesibukan lain dengan segmen publik yang mengutamakan efisiensi bahkan bila perlu mendapatkan informasi secara gratis. Dalam lingkungan seperti ini, pers dapat menonjolkan kekuatannya sebagai sumber informasi lengkap dan terpercaya, yang tidak dapat disajikan di media online. Kultur karakter pembaca yang semakin segmented juga dapat dilihat sebagai sebuah peluang untuk menghadirkan media cetak yang lebih exclusive dengan kualitas kertas dan cetak yang bagus dan collectable. Pers bisa merubah orientasi pasar yang semula ditujukan untuk menjangkau pasar seluas-luasnya, berganti dengan menyasar segmen tertentu yang memiliki kemampuan ekonomi dan kebutuhan informasi yang lebih tinggi. Secara perhitungan ekonomis, jika dulu dengan harga koran 2000 rupiah, pers mendapat keuntungan 500 rupiah per eksemplar sehingga untuk mendapat keuntungan 100.000 rupiah harus menjual 200 eksemplar koran. Sekarang dibuat media cetak ekslusif seharga 20.000 rupiah dengan keuntungan 5000 per eksemplar, sehingga untuk mendapat keuntungan 100.000 pers hanya perlu menjual 20 eksemplar saja kepada segmen tertentu.
Kekuatan pers dalam menyajikan data dan detail juga bisa menjadikan pers sebagai rujukan utama dan terpercaya bagi para pembuat kebijakan dan masyarakat dalam memahami isu-isu strategis di tengah banyaknya hoaks yang beredar di masyarakat. Karakteristik media digital yang memungkinkan siapa pun bisa menjadi pembuat konten membuatnya rentan dengan berbagai misinformasi maupun disinformasi. Dalam konteks ini, pers harus bisa menunjukkan bahwa kecepatan yang selama ini menjadi andalan media digital tidak selalu berfungsi sebagai kekuatan. Tirani kecepatan bisa jadi telah membatasi peluang bagi para pengelola media digital untuk bekerja lebih cermat dan akurat. Namun sebaliknya, dapat menjadi sebuah peluang bagi media cetak untuk bekerja dalam waktu yang cukup untuk menyajikan berita-berita yang lebih kredibel, terverifikasi dan mendalam.
Pers juga dapat melakukan rebranding dengan mengedepankan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya tersebut. Kolaborasi dengan berbagai pakar, membuat event yang dapat membangun interaksi dengan khalayak, mengembangkan komunitas yang bangga dengan identitasnya sebagai pembaca media yang kredibel, bisa menjadi pilihan-pilihan yang semakin menguatkan harapan bahwa era digital bukan akhir bagi media konvensional. Pers juga tentu tetap harus mengadopsi teknologi digital untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih menyenangkan. Pers bisa memanfaatkan teknologi Augmented Reality dan mencantumkan QR code dalam artikel cetak untuk mengarahkan pembaca ke konten tambahan seperti video atau podcast.
Sejarah telah membuktikan bahwa mereka yang mampu bertahan di tengah perubahan, bukanlah yang terbesar atau yang terkuat melainkan mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan itu sendiri. Selalu ada peluang untuk bertahan, selama kita cermat melihat peluang, mau melakukan evaluasi dan refleksi serta berinovasi mencari jalan keluar karena media dan komunikasi adalah entitas yang terus bertumbuh, ibarat sebuah spiral yang terus membesar. Hanya dengan proses belajar dan adaptasi yang terus menerus, pers akan bisa bertahan. Selamat Hari Pers Nasional!