Kolom

Aspek Sosiologis Durian Varietas Lokal Banyumas oleh : Kang Mul

Minggu, 29 Desember 2024 19.44

Suara Purwokerto - Menarik sekali menjelajahi desa demi desa, bukit demi bukit, lembah demi lembah, pematang sawah dan menyeberang sungai.

Menyusuri jalan berlumut licin ,rumput ilalang,tanaman perdu dengan guyuran hujan dan panas  yang menyengat menjadi bagian indah menyusuri anugerah illahi berupa alam semesta jagad seisinya .

Pohon durian varietas lokal Banyumas menjadi obyek pengembaraan tiap pekan mendata "Si Raja Buah" dengan peralatan seadanya seperti meteran, pisau, cutter, tas kecil ,pulpen,kertas hvs, serta hp jadul dengan kamera bermega pixel kecil., 

Bukan penghalang dengan peralatan seadanya yang peting bisa mempertahankan kelangsungan kehidupan pohon-pohon durian dari ancaman alam, seperti badai, tanah longsor,kebakaran . 

Ancaman penebangan untuk kepentingan proyek pembangunan , kepentingan bisnis kepentingan ekonomi, serta melemahnya pemiliknya .

Karena himpitan ekonomi menjadi salah datu faktor punahnya keberadaan durian varietas lokal Banyumas, disamping tidak adanya "good will" dari pihak-pihak terkait yang memperhatikan kekayaan plasma hayati,

Tapi sudahlah itu tak penting, memperpanjang masalah bagi diriku,bukan tidak mungkin menjadi malapetaka dikemudian hari, 

Niat baik tak selamanya berakhir dengan kebaikan, Karena penulis bukanlah siapa-siapa, bukan anak pejabat bukan anak kampus, bukan  sarjana pertanian, juga bukan penyandang deretan titel akademik, 

Penulis hanyalah anak kampung tak punya pengetahuan yang banyak hanya modal kecintaan pada buah durian ditengah melemahnya kepercayaan masyarakat akan warisan berupa tanaman durian , 

Maraknya durian introduksi negara-negara asing seperti Thailand dengan durian montong, durian canee , Malaysia dengan D 24, Musang king, Ochee atau Duri Hitam merupakan tantangan yang menjadi tanggung jawab smeua pihak tanpa harus saling menyalahkan, 

Kehadiran durian introduksi Thailand dan Malaysia sesungguhnya menjadi awal kebangkitan untuk memperhatikan dan mengelola sumber plasma hayati yang ada di Kabupaten Banyumas.

Untuk dilestarikan dengan melakukan penelitian,dan inovasi dengan mengahdirkan varietas varitas baru dengan teknologi pertanian yang terus berkembang baik  dari metode konvensioanal menjadi modern. 

Meminjam Kosep manusia modern  Alex inkleas (Kun Maryati,2001) adalah:
1.Bersikap terbuka terhadap pengalaman- pengalaman dan penemuan-penemuan baru
2.Senantiasa siap menerima perubahan
3.Mempunyai kepekaan terhadap  masalah-masalah yang dihadapi sekitarnya
4.Senantiasa mempunyai informasi yang lengkap tentang pendiriannya
5.Lebih banyak berorientasi ke mas kini dan masa mendatang
6.Senantiasa menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya
7.Tidak pasrah pada nasib
8.Percaya kepada keampuhan iptek
9.Menyadari hak-hak , kewajiban serta menghormati orang lain

Keberhasilan Thailand dan Malaysia mengembangkan varietas durian baru oleh karena melakukan penelitian-penelitian terus menerus .

Dengan memberikan fasilitas yang memadai seperti laboratorium pertanian yang modern bagi para pakar durian menghasilkan  begitu banyak durian varietas-varietas baru. .

Dengan berbagai pengembangan teknologi  perbanyakan tanaman secara vegetatif mengkombinasikan tanaman asal dalam negeri dengan tanaman dari luar negeri ,

Sesungguhnya bisa dilakukan oleh negara kita tercinta, betapa hebatnya Pak Sarno asal Desa Alasmalang yang berlatar guru SD bisa melahirkan varietas baru yang bernama Durian Bawor

Dengan usaha kerja keras puluhan tahun melalu penggabungan beberapa varietas durian lokal dan introduksi, 

Sungguh suatu prestasi luar biasa buat Pak Sarno yang kini hasil karyanya melambung seluruh penjuru tanah air bahkan ke manca negara,

Masa lalu durian varietas lokal Banyumas sangat erat kaitannya dengan stratifikasi sosial  karena durian menjadi sangat feodalistik dinikmati dan ditanam sekumpulan orang-orang ningrat dan kaya .

Kabupaten Banyumas pada jaman dahulu  merupakan Masyarakat Jawa yang tinggal di lereng  Gunung Slamet dan sekitarnya dimana masih  membeda-bedakan antara golongan priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan golongan kebanyakan yang disebut "Wong Cilik" ,

Wong cilik  seperti petani -petani , tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya, disamping keluarga Keraton dan keturunan Bangsawan dan Bendara-bendara. 

Masyarakat Jawa mengenal kriteria pembagian masyarakat berdasarkan kriteria pemeluk agama ,yaitu golongan santri dan golongan penganut agama Kejawen (Kodiran,1994,345)

Dibeberapa tempat kabupaten Banyumas yang sudah disinggahi penulis masih dapat dilacak interaksi strata sosial dengan kepemilikan durian,.

Pohon-pohon durian dengan usia ratusan tahun bila dilacak jejak sejarah pemilik awalnya sampai sekarang dengan melakukan serangkaian wawancara dilapangan dengan para pewaris kebun,hutan, pekarangan dan masyarakat disekitarnya .

Durian sangat signifikan dengan dengan para pemilik dan peminatnya karena hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Sangat-sangat eksklusif durian pada mas lalu dengan jejak-jejak sejarahnya yang masih dibaca dari megah dan kokohnya peradaban masa lalu sesuai dengan zamannya,

Waktu mengubah segalanya, Kini durian-bukan monopoli orang ningrat atau juragan kaya tapi durian telah menjadi tanaman buah bagi seluruh kalangan baik si miskin kaya, pejabat, bukan pejabat karena buah tropis asla Asia tenggara itu telah menjadi buah kesukaan semua orang, 

Durian-durian  yang berserakan tumbuh di Kabupaten Banyumas seperti Kusan, Dandang, Susu, Podang, Prit, Kromo,Kuning emas dan Durian- tanpa nama makin hari makin hilang.

Karena memudarnya tingkat kepercayaan masyarakat untuk menanam karena durian varitas lokal Banyumas tak lagi menjadi pilihan sebab keberadaanya kurang sentuhan teknologi pertanian.

.Mudah-mudahan perjalanan penulis berkelana ke sudut-sudut pelosok desa-desa memberi manfaat bagi semua.


Penulis: Kang Mul

Editor: Ismer

Berita Terkait

Copyright ©2025 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX